
Di era transformasi digital, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah merambah berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan. AI menawarkan kemudahan dalam membuat soal, menganalisis nilai siswa, bahkan menyusun rencana pembelajaran. Namun, penggunaan AI tanpa pemahaman etika yang memadai dapat menimbulkan dampak serius—dari plagiarisme hingga ketergantungan siswa terhadap teknologi.
Fakta menunjukkan, laporan UNESCO (2023) memperingatkan bahwa penggunaan AI dalam pendidikan dapat memperkuat bias, memperlebar kesenjangan, dan mengikis kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini menjadi perhatian penting, terutama bagi guru sebagai ujung tombak pendidikan. Mereka dituntut untuk tidak hanya melek teknologi, tetapi juga melek etika.
Berangkat dari fenomena tersebut, artikel ini membahas hasil kegiatan penyuluhan dan pelatihan “Etika dan Penggunaan AI di Dunia Pendidikan” yang diselenggarakan oleh dosen dan mahasiswa Telkom University pada 25 April 2025 di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali guru dengan pemahaman praktis dan etis dalam menghadapi tantangan AI di ruang kelas.
Membedah Tantangan Etika AI: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
AI di dunia pendidikan merujuk pada teknologi yang membantu proses belajar mengajar, seperti chatbot pembelajaran, aplikasi koreksi otomatis, atau generator soal. Namun, teknologi ini juga menimbulkan pertanyaan: Apakah etis membiarkan siswa membuat esai dengan bantuan ChatGPT?
Tanpa pengawasan dan pemahaman yang tepat, AI dapat mengaburkan batas antara bantuan dan kecurangan akademik. AI bisa menciptakan konten secara instan, namun siswa bisa kehilangan proses berpikir yang justru menjadi inti dari pembelajaran itu sendiri.
Guru memiliki peran kunci. Tidak cukup hanya menguasai AI secara teknis, mereka juga harus membimbing siswa agar memahami batasan dan tanggung jawab etis dalam menggunakan teknologi. Edukasi etika digital harus diberikan sejak dini, di setiap jenjang pendidikan, termasuk di sekolah menengah seperti SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya.
Melalui kegiatan penyuluhan, para guru mendapatkan:
- Pengenalan dasar AI dan perannya dalam pendidikan
- Diskusi prinsip-prinsip etika AI, seperti transparansi, keadilan, privasi, dan akuntabilitas (OECD, 2021; Floridi & Cowls, 2022)
- Studi kasus: “Guru dan Tugas Esai” yang menggambarkan dilema etis penggunaan AI oleh siswa
- Workshop reflektif: Guru berdiskusi tentang strategi mendampingi siswa secara etis dan bertanggung jawab
Contoh Konkret: Studi Kasus “Guru dan Tugas Esai”
Dalam studi kasus, seorang guru SMA menghadapi esai yang ditulis oleh siswa menggunakan ChatGPT. Hasilnya sempurna, tapi nihil proses belajar. Diskusi pun mencuat: Apakah tugas tersebut layak diberi nilai? Atau justru guru perlu mengubah cara penilaian?
Diskusi ini memperkaya wawasan guru untuk menilai siswa secara holistik, dengan mempertimbangkan aspek proses, bukan hanya hasil akhir.
Saatnya Menjadi Guru yang Adaptif dan Etis
Penyuluhan ini menegaskan bahwa guru di era digital bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing etika dalam menghadapi kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Agar pemanfaatan AI membawa dampak positif, sekolah perlu menyusun kebijakan etika yang jelas, memberikan pelatihan literasi digital dan etika AI bagi guru, serta mendorong metode asesmen yang menilai proses berpikir dan orisinalitas siswa.
Di tengah pesatnya inovasi, etika menjadi kompas moral yang memastikan pendidikan tetap berpusat pada manusia yang berintegritas.
Referensi
- Artificial intelligence and education and skills. (2021, May 12). OECD. https://www.oecd.org/en/topics/artificial-intelligence-and-education-and-skills.html
- Floridi, L., & Cowls, J. (2022). A Unified Framework of Five Principles for AI in Society. In Machine Learning and the City (pp. 535–545). Wiley. https://doi.org/10.1002/9781119815075.ch45
- Guidance for generative AI in education and research. (2023). UNESCO. https://doi.org/10.54675/EWZM9535
Lampiran
Link Dokumentasi:
Google Drive Dokumentasi Kegiatan
Tim Sukses Kegiatan:
Dosen Pembimbing: Tanzilal Mustaqim, S.Kom., M.Kom.
Mahasiswa:
- Ahmad Hazli Yahya
- Tiara Luthfiana Puspa Marizka
- Muhammad Ghaisan Aqila
- Jerdin Vanesa
- Friand Jacnus Manuhutu
- Tissa Faradila Permata Sari